Senin, 02 November 2009

askep Hidrokel

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.
Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.
Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hidrokel terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir.


B. Tujuan Penulisan
Secara umum diharapkan kepada pembaca terutam mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang gangguan asuhan keperawatan pada anak dengan hidrokel.
Secara khusus diharapkan setelah mempelajari makalah ini, mahasiwa/i dapat:
1. Menjelaskan dan menyebutkan pengertian hidrokel.
2. Menyebutkan etiologi dari hidrokel
3. Mengetahui klasifikasi hidrokel.
4. Menjelaskan patofisiologi dari hidrokel.
5. Menyebutkan manifestasi klinis dari hidrokel.
6. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik dari hidrokel.
7. Mengetahui penatalaksanaan medis.
8. Mengetahui komplikasi dari hidrokel.
9. Mengetahui dan dapat Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan hidrokel.

C. Ruang Lingkup Penyusunan
Makalah ini membahas tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan Hidrokel.

D. Teknik Penyusunan
Makalah ini disusun berdasarkan literature- literature yang ada di Perpustakaan Akademi Keperawatan Sintang dan sebagian lagi dari internet dan diskusi kelompok.

E. Sistem Penyusunan
Makalah ini terdiri atas tiga BAB, yakni BAB I tentang pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang, Tujuan Penyusunan, Ruang Lingkup Penyusunan, Teknik Penyusunan dan Sistematika Penyusunan. BAB II tentang tinjauan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostik, penatalaksanaan medis, komplikasi dari hidrokel BAB III meliputi asuhan keperawatan. BAB IV tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
































BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Sistem Reproduksi
Gambar
a. Testis
Terletak di dalam skrotum.Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).
b. Saluran
1) Epididimis Fungsinya mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.
2) Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
3) Uretra punya 2 fungsi: Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
4) Vesicula Seminalis adalah sepasang kantong yang memproduksi 60% cairan air mani dimana air sperma diangkut, cairan ini digunakan untuk menyediakan nutrisi bagi sperma.
c. Kelenjar
1) Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
2) Kelenjar Cowper menghasilkan cairan berwarna bening menuju saluran kencing saat rangsangan seksual sebelum ejakulasi dan orgasme.
d. Organ Genitalia eksterna
Organ Genitalia eksterna terdiri atas :
1) Penis terdiri dari:
a) Akar (menempel pada didnding perut)
b) Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
c) Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut). Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis.
2) 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
3) Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.Jika terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
4) Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.

B. Pengertian
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro ( air ) dan cell (rongga / celah). Dapat diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis.( Behram. 2000)
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. (Pramono,Budi . 2008)
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis. (Pramono,Budi . 2008)
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.( http:// www. Doctorology-indonesia.net/hidrokel-doctorology.net.html)
Hidrokel adalah pengumpulan cairan peritoneum di dalam skrotum. .( http:// www. Doctorology-indonesia.net/hidrokel-doctorology.net.html)
Hidrokel adalah kumpulan cairan serosa yang berkembang di antara lapisan visera dan parientalis tunika vaginalis ( http://www.kiatsehat.com/dr.anna/hidrokel/05/02/08.html).
Gambar 2. Penyakit Hidrokel


C. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (Hernia Komunikan)
2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis, Penyumbatan cairan atau darah di dalam korda spermatika. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
Kadang hidrokel berhubungan dengan hernia inguinalis. Jika jumlah cairan yang terkumpul berubah-ubah, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah hernia inguinalis.

D. Klasifikasi
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu: hidrokel primer dan hidrokel sekunder (didapat).
1. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.


Gambar 3. Hidrokel Sekunder
3. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
4. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis,
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan
Merupakan hidrokel yang terjadi karena adanya faktor / penyebab lain, bukan dari daerah tunika vaginalis itu sendiri. Ada hubungan dengan rongga perut, bisa membesar dan biasanya lebih cepat dan harus di operasi. Jenis ini biasanya terjadi kongenital dimana terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir. Apabila setelah anak berumur 1 tahun cairan hidrokel ini tetap ada maka dapat dilakukan tindakan operatif.

E. Patofisiologi
Kelainan pada testis
(tumor,infeksi/trauma)
Kelainan pada testis
(tumor,infeksi/trauma)

Penyumbatan cairan/darah di dalam korda spermatika
Penumpukan darah di tunika vaginalis
Nyeri
Tidak menutupnya rongga antara tunika vaginalis
Penumpukan cairan di tunika vaginalis
Terakumulasinya cairan di tunika vaginalis
Obstruksi di aliran limfe/vena didalam funikulus spermatikus
Menekan pembuluh darah yang ada di dalam testis
Atrofi testis
Pembengkakan
Resiko kerusakan integristas kulit
Perubahan body image



















Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosessus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneumm dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Cairan yanng seharusnya seimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

F. Manifestasi klinis
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang dengan masa gelap oval dari bayangan testis. Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien. Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.

H. Pentalaksanaan medis
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini nggak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong.(Mayo Cliinic)
Gambar 5. Hidrokelektomi

I. Komplikasi
1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor
2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan fungsi seksualnya.
3. Infeksi testis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaaan.
2. Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional (menangis,ketakutan).
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna merah terang, dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan hernia di lipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara bising usus.
d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak.
4. Kaji sistem perkemihan
5. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase
6. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya redup )





B. Diagnosa keperawatan
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotum
b. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum b.d adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.
c. Perubaan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.
d. Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.
2. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d insisi post op.
b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan post op, program pentalaksanaan.
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

C. Perencanaan dan intervensi
1. Pre op
a. Dx.1
Tujuan dan kriteria hasil
Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang dengan criteria hasil :
1) Pembengkakan skrotum berkurang
2) Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang
3) Skala nyeri 0-3
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST.
RASIONAL : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.
b) Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat beraktifitas dan meringis.
RASIONAL : mendeskripsikan tingkat nyeri
c) Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.
d) Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.
e) Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari ), cek adanya keluhan nyeri.
RASIONAL : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan.
f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.

b. Dx.2
Tujuan dan criteria hasil
Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi, dengan criteria hasil :
1) Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan paha ).
RASIONAL : mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukan intervensi selanjutnya.
b) Berikan salep atau pelumas.
RASIONAL : mencegah kerusakan kulit.
c) Kurangi aktifitas klien selama sakit.
RASIONAL : mencegah kerusakan yang lebih parah.
d) Berikan posisi yang nyaman : abduksi.
RASIONAL : memberikan sirkulasi bagi aliran darah.
e) Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.
RASIONAL : mencegah iritasi yang lebih parah.






c. Dx.3
Tujuan dan criteria hasil
Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat disembuhkan, dengan criteria hasil :
1) Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan dengan situasi saat ini.
RASIONAL : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
b) Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
RASIONAL : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.
c) Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat /lama.
RASIONAL : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut.
d) Akui kenormalan perasaan.
RASIONAL : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif.
e) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
RASIONAL : menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga diri dan orang lain.
f) Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi kondisi anaknya.
RASIONAL : memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.

d. Dx. 4
Tujuan dan criteria hasil
Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orangtua memahami dan mengerrti tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya, dengan criteria hasil :
1) cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
Intervensi Keperawatan :
a) Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
b) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum tindakan dilakukan.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
c) Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.
RASIONAL : mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan pada anak.
d) Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

2. Post operasi
a. Dx.1
Tujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal, panas, perubahan fungsi,
Intervensi Keperawatan :
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan steril.
Rasional : mengurangi kontaminasi silang
b) Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkan
Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organisme
c) Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya jalur invasive
Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial
d) Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi
Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang

b. Dx.2
Tujuan dan kriteria hasil :
Diharapkan setelah diberikan intervensi, klien memahami dan mengerti tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi dan pengobatanya dengan criteria hasil :
1) klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi.
Intervensi keperawatan
a) Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.
RASIONAL : mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.
b) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic
RASIONAL : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih normal.
c) Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan / pengikat.
RASIONAL : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi, meningkatkan penyembuhan dan program perbaikan.
d) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri; edema/eritema luka, adanya drainase, demam.
RASIONAL : upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh lambatnya penyembuhan.
c. Dx.3
Tujuan dan kriteria hasil
Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang dengan criteria hasil skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat.
RASIONAL : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
b) Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
RASIONAL : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.
c) Dorong ambulasi dini.
RASIONAL : meningkatkan normalisasi fungsi organ.
d) Berikan aktivitas hiburan.
RASIONAL : focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
e) Berikan analgetik sesuai indikasi.
RASIONAL : menghilangkan nyeri mempermuda kerja sama dengan intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

D. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a) Nyeri klien berkurang bahkan hilang.
b) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
c) Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.
d) Orangtua tidak cemas.
2. Post operasi
a) Tidak terjadi infeksi.
b) Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan pengobatan.
c) Nyeri klien tidak berlangsung lama.